Sumber=http://priyadi.net
Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai sumber energi. Namun, minyak bumi ini adalah sumber energi yang tak dapat diperbaharui. Sedikit yang membantah bahwa minyak bumi suatu saat akan habis dan manusia akan terpaksa beralih ke jenis energi lainnya. Yang menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak akan habis, tetapi kapan minyak akan habis. Ini adalah yang kita sebut sebagai krisis minyak dunia.
Cara yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan mulainya krisis minyak adalah Hubbert Peak yang diperkenalkan oleh ahli geofisika M. King Hubbert. Hubbert Peak adalah sebuah model untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak dunia.
Pada tahun 1956, Hubbert memprediksikan bahwa produksi minyak di Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada tahun 1970. Dan ternyata puncak tersebut terjadi pada tahun 1971. Menurut Hubbard, cadangan minyak Amerika Serikat akan habis pada akhir abad ke-21.
Pada tahun 1971, Hubbert kembali mencoba untuk memprediksi puncak produksi minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia. Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia akan terjadi pada tahun 1995-2000. Prediksi ini meleset karena sampai saat ini produksi minyak dunia masih menunjukkan peningkatan. Tetapi ada kemungkinan ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menunda peak ini, yaitu: krisis energe 1997, perang teluk, dan resesi pada tahun 1980 dan 1990-an.
Salah satu organisasi yang paling konservatif dalam memprediksi Hubbert Peak adalah the Association for the Study of Peak Oil and Gas (ASPO). Organisasi ini pernah memprediksikan bahwa Hubbert Peak akan terjadi pada tahun 2000, 2002, 2004 dan kini mereka memperkirakan bahwa Hubbert Peak akan terjadi pada tahun 2007. Walaupun akibatnya kini banyak yang tidak mempercayai organisasi ini, perubahan tersebut terjadi karena peningkatan produksi di Rusia serta peningkatan produksi dari sumber-sumber non konvensional seperti pasir minyak.
Freddie Hutter dari Trendlines.ca –salah satu kritikus dari ASPO– berpendapat bahwa Hubbert Peak akan terjadi pada tahun 2010. Freddie Hutter juga melakukan kompilasi beberapa pendapat mengenai kapan Hubbert Peak ini akan terjadi.
Berikut adalah grafik buatan Freddie Hutter yang merupakan kompilasi dari beberapa pendapat tentang Hubbert Peak dari Exxonmobil, OPEC, EIA, IEA, Jean Laherrère, Colin Campbell (ASPO), Total, BP dan Rembrandt Koppelaar.
Dapat dilihat bahwa Hubbert Peak diprediksikan akan terjadi paling cepat tahun 2007 (prediksi Colin Campbell dari ASPO) dan paling lama sekitar tahun 2050 (prediksi Exxonmobil, OPEC dan EIA). Namun perlu diperhatikan bahwa pihak-pihak yang memprediksikan bahwa peak masih lama terjadi adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksploitasi minyak bumi.
Di atas adalah perkiraan peak produksi minyak untuk seluruh dunia. Lalu bagaimana dengan peak di Indonesia? Menurut publikasi BP yang berjudul “Statistical Review of World Energy 2005″, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1685 ribu barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanyalah sebesar 1126 ribu barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1150 ribu barrel/hari.
Berikut adalah grafik produksi dan konsumsi BBM di Indonesia dari tahun 1965 sampai 2004 berdasarkan data dari BP:
Menurut BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah sekitar 4.7 miliar barrel.
Pada tahun 2004, Kelompok Kerja Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (Pokja PA-PSDA) dan Koalisi Ornop Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan mengirim sebuah memorandum kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Memorandum ini berjudul “Usulan Kebijakan Energi Untuk Keamanan Pasokan Energi Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan”. Memorandum ini mengatakan bahwa minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 15-20 tahun, gas alam dalam waktu 35-40 tahun dan batubara dalam waktu 60-75 tahun.
Sedangkan Presiden SBY sendiri mengatakan bahwa minyak Indonesia akan habis dalam 15 tahun, gas alam dalam 60 tahun dan batubara dalam 150 tahun.
Penggunaan sumber daya alam hidrokarbon, terutama bahan bakar minyak perlu direduksi untuk menghindari semakin parahnya krisis energi di masa yang akan datang. Kenaikan harga BBM tanggal 1 Oktober besok menyebabkan banyak sekali reaksi dari masyarakat. Namun sebagian besar reaksi ini memperhitungkan kenaikan harga BBM semata-mata dari sisi makroekonomi saja. Seakan-akan diasumsikan bahwa sumber daya minyak adalah sumber daya alam yang tidak akan pernah habis.
Perlu disadari oleh kita semua bahwa suatu saat BBM akan habis. Kalaupun tidak dirasakan oleh kita sendiri, anak cucu kita yang akan merasakannya. Dengan demikian, semua argumen tentang kenaikan harga BBM tanpa memperhitungkan faktor kelangkaan energi tidaklah lengkap dan perlu mendapat revisi yang menyeluruh.
Posting Komentar
Silahkan berkomentar pada blog ini dengan baik dan sopan. Jadilah Top Komentator Untuk Mendapatkan Backlink Gratis!!!